Rabu, 27 Maret 2024

Bebal

Entah sudah berapa orang kau hiraukan
Entah sudah berapa peringatan kau abaikan
Atau entah sudah berapa bukti kejadian, 
tak kau anggap sebagai tamparan untuk pembenaran

Aku tak mengerti lagi, sama sekali
Soal kesadaranmu yang begitu mati
Akal kalah oleh hati

Bebal..
Tak bisa kau sangkal.

Selasa, 27 Februari 2024

Kadang

Kadang ingin mengulang waktu.
Kadang kita menyesali sesuatu.
Kadang kita mati kutu.
Atas hal tertentu.
Kadang kita berguna.
Kadang kita percuma.
Kadang kita trauma.
Kemudian mengulanginya.
Kadang bahagia.
Iya atau tidak.
Kita tetap saja melewatinya.


Kamu Tidak Pernah Tahu

Kamu tidak pernah tahu,
berapa lama waktu,
yang aku habiskan,
setiap memikirkanmu.
Aku tidak tahu,
ini wujud kebodohan atau bukan..
Tetapi perasaannya tak dapat diatur sama sekali.
Aku tidak tahu apakah aku akan menjadi
orang yang beruntung, barangkali.
Tentang mempercayaimu.
Tentang memberi kesempatan padamu.


Sakit, Sakit, Kemudian Bangkit

Sakit, sakit, kemudian bangkit.
Terkadang kita harus menerima kenyataan.
Bahwa kita tidak akan menjadi bagian.
Terkadang harus kuat sendiri.
Berdamai dengan diri sendiri..
Harus menerima hal apa yang menghampiri.
Harus menerima ketentuan apa yang diberi.
Kita tak bisa mengandalkan orang lain yang menghampiri. 
Tak bisa terlalu mempercayai.
Tak bisa memaksakan kehendak apa yang diingini.
Tak bisa memaksa untuk tetap menemani.
Untuk tak pernah meninggalkan pergi.
Mau sekeras apa kita berusaha untuk mempertahankan.
Kalau dia bukan untuk kita, dia akan pergi juga.


Ragu

Semakin hari aku semakin ragu.
Untuk mempercayaimu.
Apakah hanya aku..
Ataukah ada selainku.
Atas hal-hal yang dibuat tertutup itu.
Aku ragu beralur waktu.
Aku bisa saja bertanya-tanya setiap waktu.
Tanpa mengutarakannya karena takut keliru.
Kapan ragu ini akan berlalu.
Terjawab oleh waktu.
Menjawab tebakan itu..


Aku Tak Ingin Terlalu Memaksa

Setiap kita tidak baik-baik saja,
aku selalu berpikir kita akan sampai pada akhirnya.
Tak ingin terlalu berekspektasi iya,
karena jika kecewa tak tahan dengan sakitnya.
Tak ingin terlalu menyalahkan kejadian,
pun menyalahkan diriku sendiri.
Aku lebih menghargai keadaan yang bergulir mengiringi, 
sabar yang pernah kita jalani, 
serta usaha-usaha untuk mempertahankan ini.
Adapun kedepannya berlanjut atau disudahi,
aku ingin lebih percaya kalau itu ketentuannya.
Tak ingin terlalu memaksa.


Menjadi Penyembuhnya

Terima kasih telah tetap berusaha dan bertahan 
Meskipun sudah dikecewakan di awalan
Terima kasih telah tetap selalu ada dan tak meninggalkan
Terima kasih telah mewujudkan perkataan
Menjadi penyembuh dari trauma yang membuatku tak karuan
Kamu mewujudkannya
Pada akhirnya aku menjadi bisa baik-baik saja
Pada akhirnya aku menjadi bisa seperti semula
Pada akhirnya aku sembuh dari mati rasa
Dan kamu menjadi bagian pentingnya
Terima kasih sudah menjadi penyembuhnya


Aku Selalu Seperti Itu

Aku selalu menghilangkan jejak itu.
Agar selanjutnya seperti terkesan baru.
Aku selalu seperti itu.
Tak pernah tidak.
Mungkin atas apapun itu.
Sederhananya agar tak terlalu
berharap atas sesuatu.
Dan tak kecewa sewaktu-waktu.


Ketergantungan

Ketergantungan..
Atas kebiasaan..
Atas pertanyaan, atas obrolan,
atas sapaan, atas tawaan.
Tak bisa tidak ada.
Menyebabkan bertanya-tanya.
Dia kemana, dia kenapa.
Ketergantungan..
Bagian dari harian.
Bagian dari penggalan.
Bagian dari penentu perasaan.
Jujur-jujurnya,
aku tak bisa baik-baik saja tanpamu.
Tak bisa jika tak terikatmu.
Meskipun kepastiannya semu.
Tak tahu soal berlalu.


Kita Hanya Bisa Menjalani Meniti Hari

Aku mungkin tidak bisa memberi lebih atas keadaan.
Tetapi aku benar-benar berterima kasih atas kesabaran.
Aku mungkin tidak bisa ada seperti sebelumnya.
Aku mungkin tidak bisa manis seperti sebelumnya.
Dan tanpa terkecuali pun aku, tak bisa tahu
akan bagaimana kedepannya titik temu.
Tak ada kepastian untuk itu.
Kita hanya bisa menjalani meniti hari.
Melalui entah sampai kapan nanti.


Resah Itu Perlu

Resah itu perlu, untuk sewaktu-waktu
mengerti definisi yang dirasakan hatimu.
Resah itu perlu, untuk sadar agar tak terlalu
terpaku pada harapan itu.
Resah itu perlu, agar mampu
menghargai keadaan yang tak baik selalu.
Aku terbiasa tentang tak menganggap terlalu.
Tak ingin kecewa karena pemikiran yang salah itu.
Aku terbiasa, menganggap semuanya bisa saja berlalu.
Kapan saja.. Tanpa aba-aba. Tanpa prakata.
Aku sengaja, membuat diriku terbiasa.
Agar tak terlalu mati rasa atas kecewa.
Mati kutu atas hal semu, dan abu-abu.


Aku Mungkin Ikut Alurnya Dulu Saja

Aku selalu berpikir seolah kita akan usai
disaat sedang tidak baik-baik saja.
Aku kadang mengira kita tidak akan kembali
pada baiknya.
Aku kadang, merasa mati rasa.
Di keadaan semacam itu..
Aku merasa.. seolah orang paling bersalah
yang pernah ada.
Serta maaf-maaf percuma,
seolah hanya memuakkan baginya.
Serta semakin banyak bicara percuma,
hanya memperkeruh keadaannya.
Lalu harus bagaimana baiknya..
Aku, mungkin ikut alurnya dulu saja..


Aku Selalu Menghilangkan Jejakmu

Aku selalu menghilangkan jejakmu,
hanya demi kewarasanku.
Karena pasti kau tahu, perlakuanmu..
aku tak bisa mengatur itu, aku tak bisa memaksakanmu.
Tak ingin ada yang keliru, jadi baiknya
aku bersahabat dengan caraku.


Harusnya

Harusnya aku bisa berpikiran terbuka,
harusnya aku bisa baik-baik saja.
Meski tanpa kamu, dan mesti tanpa mengenangmu.
Harusnya aku tetap bisa jadi aku.
Harusnya hidupku tetap baik-baik selalu,
berjalan seiring waktu, sebagaimana hal nya dulu.


Sebenarnya Aku Bertanya-tanya

Sebenernya aku bertanya-tanya
dalam waktu yang lama,
kenapa seperti itu kejadiannya..
kenapa seperti itu pemikirannya..
bagaimana maunya..
Tapi apa daya, wujud kita berbeda.
Pemikiran kita, sudah tentu tak sama.
Aku tak bisa sempurna memahamimu,
begitu juga sebaliknya.


Ada Keadaan

Ada keadaan penuh perjuangan.. atau
keadaan datar-datar saja, biasa-biasa saja..
Setidaknya aku tidak pernah lupa
beberapa momentnya.
Setidaknya aku mengutarakan jujur-jujurnya..
Setidaknya.. perjuangan itu dilakukan,
meski tanpa kepastian soal tak akan sia-sia.


Aku Bukan Tidak Mengusahakannya..

Jika aku pikir-pikir dan ingat-ingat juga, yang kulakukan dulu itu adalah mengusahakannya.. Namun tetap saja Apa se-telak itu pribahasa ...