Sabtu, 02 April 2022

Kutipan

Saat itu kita berdua masih kecil, dan akrab sekali.
Mungkin sekitar umur 5 tahun.
Selalu bersama setiap hari.
Selayaknya anak kecil yang selalu polos,
setiap hari hanya tentang kesenangan.
Tertawa lepas. Riang.
Hanya itu yang diketahui, dirasakan.
Tak ada hal lainnya.

Pernah pada suatu sore kuingat,
sore itu mendung gelap, dan berpetir.
Namun tidak dengan suaranya, hanya cahaya.
Kita menatap langit, berdua.
Bersandar pada satu tiang bersama.
Petir di langit itu indah sekali.
Seperti rangkaian huruf z.
Indah sekali, menyala.

Selasa, 29 Maret 2022

Aku Tak Punya Sebuah Judul

Aku lebih melihat kita berdua sebagai orang yang pesakitan.
Tersembunyi di dalam tanpa orang-orang ketahui.
Dibalik segala hal yang dilakukan.
Rutinitas harian.
Pencapaian.
Semuanya.. sekedar.
Pengisi, sekaligus untuk menutupi.

Dalam diri, ada hal yang begitu berisik.
Sayangnya ini tak seindah alunan musik.
Mengganggu setiap waktu.
Terlampau sering dan tak beranjak.
Tak kunjung beranjak..

Senin, 28 Maret 2022

Senetral Ini

Senetral ini.
Seandainya keadaan senetral ini bertahan lama,
sepertinya akan lebih baikan dari situasi-situasi 
membingungkan yang selalu datang.
Selalu bingung bagaimana mengambil tindakan.
Bagaimana baiknya memberi respon perlakuan.
Bagaimana baiknya, mengenai tidak membiarkan.
Atau baiknya, pengabaian yang berkelanjutan.
Bagaimana baiknya pilihan..

Sabtu, 26 Maret 2022

Aku Kau Anggap Apa?

Aku kau anggap apa?
Dianggap baik pun aku sadar tidak layak.
Bahkan tidak ada alasan untuk mengelak.
Kesalahanku, kekuranganku.. banyak. Telak.
Aku tak baik untukmu.
Aku tak tepat untukmu.
Pilihanmu itu.. tepat.
Menjauhiku.

Terus Kembali Kebelakang

Diabaikan sedikit, aku terus kembali kebelakang.
Aku tetap tak bisa menahannya berulang-ulang.
Tetap seperti bagian yang disesalkan hilang,
atau yang diinginkan namun tak kunjung tergapai, malang.

Malang sekali dirimu terus saja ada di kubangan itu.
Berbagai hal diluar dirimu hanya kau gunakan untuk menutupi itu.
Terus saja satu-persatu.
Namun tak juga dapat membuka pintu yang berusaha kau ketuk itu.

Selasa, 22 Maret 2022

Ketika Kamu Tidak Ada

Ketika kamu tidak ada,
aku seperti baik-baik saja tidak merasakanmu.
Ketika kamu muncul walau sekejap saja,
semestaku berantakan untuk sementara.
Porak-poranda.
Aku harus mengorbankan waktu untuk merasa baikan.
Sayangnya denganmu semua percuma.
Tak ada yang bisa diharapkan.
Ketulusan, kesungguhan, atau membuat sedikit bahagia.
Tak ada.

Seandainya mengabaikan itu mudah,
mungkin tidak akan ada beban yang begitu membuat jengah.

Sabtu, 19 Maret 2022

Masih Tak Berjudul

Rasa takutmu itu ternyata feelingmu.
Atau rasa takutmu itu ternyata memang 
kesadaranmu, penilaianmu, atas dirimu sendiri.
Kamu memang benar jujur seperti itu,
dan ternyata memang terbukti perkiraanmu itu.
Kalau dirimu tak menyanggupi.
Benar-benar tak dapat memenuhi.

Sebenarnya itu memang cukup mengecewai.
Aku hanya ingin berusaha tidak benci sama sekali,
atas itu.
Setidaknya kau sudah jujur sebegitu.
Bahwa kau tidak menyanggupi.
Dan itu benar terjadi.
Berkali-kali.

Jumat, 18 Maret 2022

....

Aku bersembunyi dibalik semua hal yang kulakukan.
Maksudku, aku menyembunyikan sesuatu.
Aku menyembunyikan kesedihanku.
Hal-hal yang tertahan itu.
Tetapi tidak dapat dipaksakan,
karena berkaitan dengan diri yang lain.

Aku ingin bisa mengabaikan itu.
Aku ingin tak terlalu merasakan itu.
Aku ingin seperti baik-baik saja.
Tak ada apa-apa.

Rabu, 16 Maret 2022

Aku Berbohong

Aku ingin menyatakan suatu pengakuan, 
aku berbohong ketika aku berkata 'setuju'.
Aku hanya mengira bahwa aku bisa 
menerimanya, menyelaraskannya, menyanggupinya.
Pada kenyataannya ternyata aku tidak,
aku tidak seperti itu, aku tidak mampu.
Aku menyerah,
aku tidak menyanggupinya.

Frame

Dalam sebuah frame yang berisi dua orang, 
rahasianya dimiliki oleh dua bagian. 
Bisa saja keduanya sepemikiran dan berbeda pikiran. 
Atau ketika sudah sangat berselarasan, 
bisa saja menyamakan hal-hal 
yang sudah dilalui bersama.

Dalam hal mengakui, menjadi hak masing-masing dan itu telak. 
Mengagumkan ketika tidak ada tuntutan, 
hanya pengertian dan tetap memberi dukungan. 
Apapun keputusannya.

Sikap semacam itu, luar biasa. Tulusnya.

Senin, 14 Maret 2022

Bagaimana Jika

Bagaimana jika aku hilang dari bagianmu.
Tak muncul, tak ada.
Tak ada dihadapanmu.
Tak menjadi bagian duniamu.
Bagian kecil duniamu, lagi.
Tak kau ketahui lagi. Keberadaannya.
Tak kau kenal lagi.

Yang kukira kau akan baik-baik saja.
Tak kan berarti apa-apa.
Tak kan berpengaruh apa-apa.

Minggu, 13 Maret 2022

Tanpa Judul

Aku merasa, 
hampir tidak percaya bisa mengenalmu lagi.
Bisa lagi terasa dekat, meski sekejap.
Bisa meluapkan semuanya, meski tanpa akhir tuk menetap.

Kukira mustahil.
Kukira, tak akan pernah lagi. Sama sekali.
Kukira kau sudah benar-benar pergi.
Hilang dari jangkauanku.
Semakin mengagumkan, terlampau jauh
dan tak mungkin lagi dapat kusentuh.

Kejutan semesta memang tak dapat ditebak.
Perihal hati memang tak bisa dibohongi. Telak.

Aku yang terlampau biasa dan terlalu berproblema,
tak layak untukmu.
Setidaknya terima kasih masih mau menghadapkan wajahmu,
masih mau berbicara dengan gaya menyenangkan,
masih mau menganggap teman.

Jumat, 11 Maret 2022

Aku Terima

Bagaimana aku bisa menjalaninya dan baik-baik saja.
Lama-lama aku menjadi tidak yakin pada mampuku sendiri.
Kita itu berbeda, pola pikirnya dan cara kerja perasaannya.
Aku ini wanita, yang artinya rumitnya tak perlu diragukan lagi.
Tak sepertimu, nampaknya simple-simple saja.
Nampaknya bisa baik-baik saja.

Aku tidak tahu bagaimana aku harus membawa diriku.
Atau menjalaninya.
Akan seberapa lama aku bisa menahannya.
Atau akan seberapa lama diamnya rasa yang ada.
Yang kubisa, hanya mengharap semoga.
Semoga baik saja berjalannya.
Jika memang harus berjalan menyiksa, baik aku terima.
Karena aku tak punya pilihan lainnya.
Atau jikapun rasanya akan hilang dalam waktu tak lama,
aku juga terima. 

Kamis, 10 Maret 2022

Bagaimana Nanti Saja

Aku seperti berjalan diliputi puisi.
Lihat saja sampai kemudian itu berakhir.
Mungkin aku akan takjub pada diri sendiri,
bangga bisa melewatinya, melaluinya.

Akan menjadi kisah lama, kenangan yang ditunda.
Entah akan menjadi dibenci atau tetap disukai.
Entah akan tetap bermakna atau hambar sia-sia.
Sudahlah bagaimana nanti saja.
Kita lihat saja akhirnya.

Seberbeda Itu Sampai Waktu Kesekian

Yang menjadi masalah adalah ketidaksesuaian yang ada.
Kita seberbeda itu. Tidak berselarasan.
Sebenarnya berbeda itu menarik, menyenangkan.
Tetapi masalahnya, disini disertai tidak didukung semesta 
(mungkin istilahnya).
Banyak hal yang diusakan seolah terjadi tidak diizinkan.
Proses perjuangan seolah tak dimudahkan.
Atau bahkan, hasil pemikiran pun malah tak berselarasan.
Tak kunjung bertautan.

Kita tetap saja seberbeda itu sampai waktu kesekian.
Entahlah akan bagaimana nanti pengakhiran.
Aku tak ingin mengira atau membuat suatu keputusan.
Karena hatiku pun bodoh, akan merasa kesakitan.
Jika ditinggalkan.

Yang Disimpan Akan Tenang

Biar diamkan terpendam. Tak terusik mendekam.
Akan ada waktunya, rasa menggebu itu sirna padam.
Simpan, simpan sendirian sebagai kenangan.
Sebagai rahasia tak berkelanjutan.
Sebagai usai berkesudahan.
Biar tenang, tak mengusik lagi perasaan.
Nantipun akan bertemu tenang.
Riuh itu akan hilang.
Tak lagi berlalu-lalang, atau menjadi hantu kunang-kunang.
Biar, yang disimpan akan tenang.

Sabtu, 05 Maret 2022

Menurih Perasaan

Tentangmu seperti selalu menurih-nurih perasaan.
Tidak tahu kenapa, tidak dapat dijelaskan.
Tidak tahu lebih baik memeluk luka ini atau melepaskan.
Keduanya sama-sama tetap terasa sakit.
Menyisir hati. Tak terdefinisi.

Selasa, 01 Maret 2022

Kau Penyembuh Sekaligus Penyakitku

Kau penyembuh sekaligus penyakitku.
Sudah seperti syair di laila majnun.
Kau penyembuh atas perasaan lamaku,
perasaan yang lama waktu menggerogoti
dan tak kunjung terobati. Kau hadir,
dan mampu mengobati sebagai pengganti.
Nahasnya, justru perasaan itu malah berpindah
padamu. Sebagai penyakit baru.

Rabu, 23 Februari 2022

Aku Terlalu Sederhana Untukmu Yang Luar Biasa

Aku terlalu sederhana untukmu yang luar biasa.
Hal-hal yang kau alami, tak sepolos yang kujalani.
Aku merasa tidak pantas untuk lebih, jika kau bertanya tentang lebih.
Kita begitu berbeda dalam semua.
Adapun sama, kau tetap tak mengenal dengan sempurna.
Aku sangsi atas kelanjutannya.
Karena jarak kita tidak sewajarnya.

Kamis, 10 Februari 2022

Hal-hal Manis Yang Terlalui Itu, Sudahlah

Karena kita takkan lagi ada titik terangnya.
Takkan lagi berbalik pada baikan.
Tak ada perubahan. Hanya menyakitkan.
Dilupakan, ditinggalkan memang sudah 
jalan terbaiknya.
Lebih baik perasaaannya semakin dikuatkan.
Untuk beranjak dari ketidakselarasan
yang tak terelakkan.

Tak Ada Kabar Yang Berserakan

Dia sibuk yang tak pernah kuketahui.
Entah apa, kegiatan yang memenuhi hariannya.
Yang membuat dia senang, nyaman dan berduka.
Entah apa, hal-hal dinamis yang dilaluinya.
Entah apa, hal-hal luar biasa yang dilaluinya.
Tak tertunjukkan. Tak ada kesan.
Entah apa yang dia rasakan.
Apakah merasa..
Apakah ada dia sebenarnya
dalam kehidupan?
Karena, bahkan tak ada kabar yang berserakan..

Rabu, 26 Januari 2022

Aku Tak Bisa Melengkapimu

Aku sudah berusaha.
Tetapi kita tetap tidak kembali.
Sepertinya alasan kita untuk tidak menyatu 
lebih kuat dari perasaan yang dimiliki. 
Seolah-olah tidak bersamaku adalah 
keputusan yang baik. 
Untuk kebaikanmu, katamu.
Aku tidak pantas untukmu, katamu.
Aku orang paling buruk di dunia..
Aku tidak suka kamu menjelek-jelekan dirimu seperti itu.
Meskipun kemudian aku juga menjadi tidak sangsi 
soal merasa tidak layak.
Akupun, merasa aku tidak layak untukmu.
Sepertinya aku tidak tepat untukmu.
Sepertinya aku bukan orang yang diciptakan 
untuk menyempurnakanmu.
Bagian dari diriku, seperti tak dapat melengkapimu.
Perbedaan itu bagus, tapi secara natural nyatanya 
aku tak bisa melengkapimu.
Ketidaksingkronan itu seperti tak kunjung menyatu.
Mungkin kita memang ditakdirkan begitu.
Pada akhirnya hanya harus menerima,
Bahwa kita tidak dapat bersama.

Jumat, 21 Januari 2022

Mungkin Pikiranku Yang Hanya Salah Sendiri

Aku banyak menjelaskannya di puisi-puisiku,
entah sampai padamu atau tidak.
Jikapun sampai, entah kau mengerti atau tidak.
Jikapun kau mengerti, entah kau ingin bertindak atau tidak.
Entah kau ingin, kita berlanjut atau tidak.
Aku tidak tahu rasamu sebenarnya.
Aku tak tahu kau peduli atau tidak.
Mungkin tidak. Sama sekali.
Mungkin pikiranku, yang hanya salah sendiri.

Bagian Yang Harus Disibaknya

Tak pernah aku melihat jejakmu hanya sekali.
Aku lakukan berkali-kali. Entah kenapa.
Sejatinya, orang istimewa itu hanya satu-satunya.
Tentang sekeliling yang ada, dan tentang tak mampu
bersikap benar, itu hanya diluar kendali saja.
Karena memang biasanya, semua dianggap teman biasa.
Belum pernah menganggap siap serius itu artinya,
belum terbiasa juga atas sikap yang seharusnya.
Seharusnya bagaimana, baiknya bagaimana.
Masih diluar yang dibisa. Butuh dibantu dibuat biasa.
Kau bisa memahaminya? Bukan justru menjauhinya?
Meski memang mendekap sakit juga, tapi memang 
benar-benar bagian itu yang harus disibaknya..

Jangan Menghilangkan Diri

Aku hanya menginginkan kemunculanmu,
atau setidaknya kepastian atas tetapnya keberadaanmu. 
Tidak hilang. Tidak pergi ditelan bumi.
Tak apa menjauh, menghindari, memberi jarak diri.
Asal kau baik-baik saja, dan masih bisa diketahui.
Bukan menjadi orang yang memenjarakan diri.
Dari semua yang kau kenali. Jangan menyakiti diri.
Yang mempedulikanmu, akan merasa lebih tersakiti, 
atas sikapmu. Jangan menghilangkan diri.
Kumohon..

Percuma Mencari Penggantinya

Percuma mencari penggantinya.
Tetap tak terbendung juga.
Perasaan itu telak tak bisa diajak kompromi.
Tak bisa diajak basa-basi. Dibohongi.
Meski lelah diri menyukai, yang tak sampai.
Yang tak sampai pada jujurnya.
Tak sampai usahanya.

Lagi-lagi aku hanya ingin berkata, 
semesta memang tak mendukung kita..

Kamis, 20 Januari 2022

Tak Sampai Pada Jujurnya

Hati kita sama-sama lebam.
Atas harapan yang tak terwujudkan.
Atas ingin yang tak tersampaikan.
Atas perasaan jujur yang tak terungkapkan.
Takut atas kemungkinan, dan menyerah atas keadaan.
Kalah dengan kemungkinan, kemungkinan yang
kita tebak seolah sudah pasti tak akan berselarasan, 
tak akan sesuai harapan.
Padahal, siapa yang tahu tentang kebenaran.
Sulit untuk diungkapkan karena kejujuran perasaan itu 
rahasia luar biasa.
Tak sembarang bisa terkuak begitu saja.
Butuh masa, butuh waktu yang tepat momennya.
Tapi entah kapan momen itu bisa bersapa.
Jika sampai akhir tidak juga bertemu kesempatannya, 
sudah bisa dipastikan, 
semesta memang tidak mendukung kita.

Aku Bukan Tidak Mengusahakannya..

Jika aku pikir-pikir dan ingat-ingat juga, yang kulakukan dulu itu adalah mengusahakannya.. Namun tetap saja Apa se-telak itu pribahasa ...